Tuesday, December 30, 2014

Kisah Di Balik "It's Okay"

  Saya suka kopi. Tapi hanya sekedar suka, tidak lebih. Jika ada, dan sedang ingin ya saya minum. Jika tak ada pun tak apa. Tidak seperti kebanyakan orang lainnya yang sangat suka kopi sampai kecanduan, ada yang hidupnya terasa hampa tanpa minum kopi di setiap harinya. Badan terasa lemas, tidak bergairah, kepala pusing, pegal-pegal, encok, hernia, ejakulasi dini, lemah syahwat -Eh maaf saya terlalu sering baca selebaran pengobatan alternatif- pokoknya kurang lebih seperti itu, dan lain-lain. Bahkan sampai ada yang punya jadwal untuk minum kopi, harus di setiap Pagi sebelum berangkat kantor atau begitu tiba di kantor. Tambahannya bisa di jam makan Siang, di Sore hari mencuri waktu kerja, di Malam hari saat mampir sejenak di coffee shop, atau setibanya di rumah saat santai sejenak sebelum akhirnya terlelap karena kelelahan. (Tidak berlaku untuk pengangguran, karena bisa minum kopi kapanpun anda mau. Keren. Namun anda baru saja membuang waktu selama 34,72 detik untuk membaca tulisan di atas ini, jika anda pengangguran)


  Tapi ini bukan bicara kopi, bukan. Terlalu banyak orang memakai "Kopi" dalam tulisannya, entah sudah berapa banyak tulisan orang yang melibatkan "Kopi". Salah apa kopi? Apa karena dia hitam? Ah pokoknya banyak sekali tulisan yang melibatkan kopi. Baik itu kopi pahit, kopi susu, kopi hitam, sampai kopi saya bundar dan kopi kumis. Masak aer? Biar... Eh sorry sorry. Hmmm lalu, kenapa saya juga melibatkan "Kopi" dalam tulisan ini? Padahal seharusnya kerupuk kulit atau tahu. Lebih enak -Walaupun harusnya minuman tidak dibandingkan dengan makanan-. Baiklah, kerupuk kulit... Maaf tidak jadi saya bahas, lebih baik saya makan saja kerupuk kulitnya sambil membuat tulisan ini. *Krauk krauk kriuk*.

  Harusnya tulisan ini sedih ya? Karena saya ingin bercerita tentang sebuah lagu berjudul "It's Okay", yang menceritakan tentang pengalaman cinta sendiri. Apa boleh buat, kita santai saja lah, saya tidak terbiasa terlihat sedih di depan orang-orang sekitar. Entah itu teman, gebetan, sebatas kenal, sahabat, baru kenal bukain celana, keluarga, pacar, bahkan Orang tua sekalipun tidak boleh melihat saya bersedih. Aku baik-baik saja, as always. :)

  Sedikit intermeso, dari 2011 ke tahun 2012. Tepat setahun aku sengaja mengucilkan diri dari wanita, tak mau berusaha mendekati dan yang mendekati ku jauhi. Maksud hati ingin menenangkan diri, karena setahun sebelumnya ada seorang wanita yang baik hati, dengan mudahnya membuat hancur berkeping-keping hati ini. Mutia Arfinasari.

  Baru saja aku menulis namanya, tidak ada maksud apa-apa. Hanya untuk menguji, ternyata aku sudah baik-baik saja. Terakhir dada ini terasa sesak karena hanya membaca namanya, atau terlintas begitu saja dalam pikiran adalah satu tahun lalu.
Karena aku tidak bisa lupa tentang dia, karena aku bukan orang yang amnesia. Ingatan itu tidak hilang, hanya bersembunyi sejenak dan akan mencuat secara tiba-tiba jika ada hal yang berkaitan dengannya. Sebagai contoh, setelah setahun berpisah dengannya, ada kejadian di mana saya bertabrakan dengan seorang wanita di sebuah mini market. Sebenarnya kami berdua salah, dia tidak fokus jalan karena kepalanya menunduk dan matanya menatap layar iPhone. Lalu saya sibuk memperhatikan langit-langit, karena ada seekor cicak yang sedang menindih satu cicak lainnya. Saya memutuskan meminta maaf lebih dulu, harusnya masalah selesai sampai di situ. Karena tidak ada yang terluka ataupun dirugikan dalam hal lainnya, karena kami berdua pun hanya sama-sama kaget. Lagipula yang bertabrakan hanya lengan dengan lengan saja. Namun ternyata wanita itu malah marah tidak karuan, nyolot sekali. Kata makian standar ganda keluar dari mulutnya "Kalo jalan pake mata dong Mas!" Lalu ngeloyor pergi tanpa permisi. Padahal sudah jelas kalau jalan itu pakai kaki. Siapa yang salah, siapa yang marah. Wanita~
Pria pada umumnya pasti akan kesal jika dalam kondisi itu, namun saya tidak. Karena dari cara ngomelnya, nyolotnya, persis banget Mutia. That's fucking involuntary memory. Tapi itu dulu, begitu teringat tentangnya membuat sesak di dada. Sekarang? Biasa saja, malah saya tersenyum. Bahkan akan saya sapa dia dengan senyuman paling riang gembira jika suatu saat bertemu baik secara sengaja ataupun tidak. "Udah lama gak ketemu, sekarang lo gila ya. Cengengesan sendiri", mungkin itu responnya nanti.
Maka dari itu jangan heran, jika ada orang yang bisa galau seketika hanya karena makan petai.

"Eh kenapa lo?! Kok makan pete aja nangis?! Kan gak pedes, pake nangis segala".

"Huhuhu gara-gara pete ini gue jadi inget mantan gue nih... Bau petenya... Duuuhh bau dia banget, ijo kulitnya... Persis banget kek ingus dia kalo lagi pilek huhuhu..."

"Gua pulang duluan ya, kucing gua keram".

  *TIPS. Mulai dari sini bacanya sambil dengerin lagu I'ts Okay deh di-repeat terus sampai bacabya selesai. Let's try lads :')
soundcloud.com/iyamrenzia/its-okay

  Oke, kita mulai ya? Awal bulan dua tahun lalu dari sekarang, gue ingat betul seorang teman kampus gue mengenalkan temannya kepada gue. Dua sekaligus pula. Luar biasa. Gue sih yang minta dikenalin, karena waktu itu lagi ngecek kontak BBMnya temen gue itu.

"Dut, yang ini cakep gue demen dah".

"Ah itu gue gak kenal-kenal amat sih, gak tau deh udah punya cowok apa belum. Awas! Jangan main add aja lo, gak enak gue"

"Kenalin keek, yaudah atau gak lo cukup bilang aja ada temen lo yang mau add BBM dia. Gampang kaaan"

"Ogah ah, males gue gak akrab-akrab amat. Udah sini BB gue!"

"Ah pelit lu gendut!"

  Lalu gua ngeloyor pergi sambil cengengesan. Gak lama kemudian "Oriesa Dewita is now contact"

  Sebelum teman gue memberi peringatan tersebut tadi, diam-diam gue udah ngirim kontak Oriesa ke kontak gue. Gue add, di-accept deh. Kelar.

  Selanjutnya proses perkenalan, ternyata gak gampang memulai percakapan dengannya. Begitu kaku, gue ngomong panjang lebar dia balesnya seiprit. Ya maklum, mungkin dia nggak terbiasa ngobrol sama stranger. Tapi gue nggak nyerah, makin lama gua ajak ngobrol, jadi udah gak begitu kaku seperti di awal-awal. Tapi setiap ada ajakan pertemuan, rasanya sulit sekali diwujudkan. Emang sih dia gak nolak, jawabnya selalu "Iya, iya" aja tapi nggak pernah beneran jadi ketemu. Ternyata ada alasannya di balik itu semua, dia udah punya pacar! Agak lemes sih sedikit, tapi anehnya pada saat itu gue gak langsung menyatakan nyerah gitu aja. Hanya, gua merubah posisi aja. Dari yang tadinya memposisikan diri sebagai cowok yang sedang berusaha deketin dia, menjadi seorang sosok teman curhat dia saat ada masalah. Apapun itu, terlebih saat ada masalah dengan cowoknya. Biasa lah ya...

  Dengan begitu, dia jadi lebih sering cerita tentang hubungannya -Yang pada saat itu LDR- karena cowoknya  harus menyelesaikan studinya di luar Kota. Walaupun sebenarnya agak jahat, tapi gua gak mau munafik lah ya. Kalau dengar cerita dia lagi galau sama pacarnya, pasti di pikiran tuh yang ada cuma "Wah putus nih wah putus nih dikit lagi hahaha, sambil ketawa jahat. Tapi di sisi lain juga gua kadang suka makan bohlam pos ronda yang udah gua ambil diem-diem, terus gua pecahin, pas dia bales BBM gue yang udah berjam-jam dicuekin. "Sorry ya lama, tadi habis skype-an sama pacar gue :)".
Tai.

  Awalnya gue kira, langkah gue tepat untuk memposisikan diri gue. Ternyata gue keliru, makin ke sini gue makin tau segimananya hubungan dia sama pacarnya. Dari mulai dia skype-an tiap ada waktu, setiap hari ketemu kalau cowoknya balik ke Jakarta, bahkan sampai udah tahap dikenalin ke Orang tuanya. Saking seriusnya dia, pada kondisi tergalau dia sama hubungannya aja, sampai sholat minta petunjuk kepada Allah untuk kelanjutan hubungannya. Subhanallah, bagus sih. Tapi gak usah diceritain ke gue juga kali. Lo kira gue nggak sakit ati?! Gak mikirin perasaan gue ya?! Hah?! Oh iya sorry lupa, gue cuma sebatas temen curhat. Gak lebih.

  Akhirnya gua memutuskan untuk gak komunikasi sama dia lagi. Setelah sekian lama, waktu berlalu begitu cepatnya. Sebelum tahun 2012 berakhir gua tiba-tiba teringat akan dia, gua coba untuk menyapa, dan dibalas. Gua mulai menjalin komunikasi lagi dengan baik, setelah sempat terputus sejenak. Seperti biasa gue mencoba memancing obrolan agar gua tau, sejauh apa hubungan dia yang waktu itu? Udah putus. Ternyata. Lega ya. Senang ya. Gak sia-sia gua hubungin dia lagi.

  Begitu tau kondisinya dia saat itu, gue kembali merubah posisi ke posisi awal. Yes! You got the point.
Tapi tetep gak segampang yang gue kira. Akrab via text aja, telepon gak pernah diangkat, apalagi ketemu. Alasannya dia sibuk sih, susah atur waktunya. Ya gue maklum kok, malah sampai akhirnya gue berpikir cari cara gimana biar bisa ketemu. Akhirnya pada suatu hari gua ngajak dia ketemu, tapi dia gak bisa karna ada kerjaan dari Pagi di sebuah studio di daerah Pengadegan dan entah selesai jam berapa. Entah itu hari Senin atau Kamis, -Maaf ingatan gua gak sedetil itu- yang jelas pada saat itu dia lagi puasa sunah. Lalu gue punya ide brilliant! Ngajakin dia buka puasa kalau belum beres, ternyata dia gak bisa janji takutnya belum beres kerjaan. Gue gak nyerah gitu aja, akhirnya gue menawarkan diri untuk nyamperin dia ke lokasi bawain makanan dan minuman untuk berbuka puasa. Dia sih sepertinya oke oke aja, malah dia ngasih alamat studionya kok.

  Ya terus gue meluncur menuju ke sana dong, sesaat sebelum sampai lokasi gue sempet hubungin dia tapi gak ada balasan. Mungkin lagi masih kerja dan gak megang HP, akhirnya gue lanjut dan sampai di TKP beberapa menit sebelum adzan Maghrib. Masih belum ada balasan, dan gua bingung harus ngapain? Di-BBM, di-SMS, ditelepon, semua gak ada respon. Gua coba nanya ke sekuriti situ juga katanya udah pada break, tapi dia tetep gak keliatan juga batang idungnya. Sampai akhirnya adzan Maghrib tiba, akhirnya gua titipin aja apa yang gue bawa buat dia di pos sekuriti. Lalu gue titip pesen. Yaudah gue pulang, aseli lemes banget itu. Lemesnya melebihi orang yang lagi puasa malah.

"Udah di rumah nih, tadi maaf nggak megang HP udah keburu break dan cari makan sama temen. Makasih ya jadi ngerepotin, tadi udah diambil kok titipannya di sekuriti :)".

"Iya sama-sama, gak apa kok santai aja." Padahal dalem hati "Auah nyet".

  Setelah peristiwa yang tak terlupakan sampai saat ini berlalu. Gua masih belum nyerah, komunikasi masih berjalan. Eh sorry, gue yang jalanin, dia mah terima dichat aja. Akhirnya nih ya AKHIRNYAAAAAA!!! SETELAH SEKIAN LAMA AKHIRNYA KETEMU JUGA! Pertemuan di sebuah restoran di bilangan Cipete. Deket banget sama rumahnya, ngesot di dalem mobil juga nyampe dia. Udah lama nih gak deg-deg-an ketemu cewek, baru pas saat itu lagi. Terakhir waktu pertama kali ketemuan sama Mutia, ah Mutia lagi kan... Yaelah nyeeet. Eh kan udah biasa aja katanya? Oh iya bener bener, biasa aja kok. Yeeeee.

  Pertemuan pertama dari sudut pandang gue sih lancar, entah dari sudut pandang dia. Setelah itu perasaan gue jadi makin sayang, komunikasi makin intens, suka telponan, ketemu lagi ketemu lagi, yang tadinya ngobrol pakai gue-elo berubah jadi aku-kamu. Berbuah manis. :')

  2012 berlalu, ada beberapa momen lagi yang masih keinget terus sampai sekarang.
Februari, di mana gue lagi ikut kompetisi SUCI di salah satu stasiun TV, sebut saja Kompas. Pas gue masuk, gue minta dia untuk dateng liat gue langsung. Dia bilang sih iya bisa, tapi sampai mulai gue tampil dia gak ada kabar juga. Gue pikir dateng kali diem-diem, jadi ya gue tetep semangat aja. Eh ternyata dia gagal dateng, mendadak gak bisa. Minggu berikutnya gua yakin dia gak dateng lagi, gue rada gak semangat buat tampil. Alhasil gue close mic hahaha sedih ya jadi gak terkenal-terkenal amat kek yang lain. Eh ternyata dia dateng! Malam disaat gue lagi galau, dia ngirimin foto hasil jepretan dia pas gue lagi perform. Cukup menghibur :'), habis itu galau lagi :(.


  Maret 2013, gua bikin mini show. Dan gua seneng banget dia dateng, dia cantik banget Malam itu. Ya walaupun dia gak bisa liat gua perform karna harus balik. Soalnya dia gak bisa sampai habis acata karena udah terlalu Malam, sementara gue baru main pas closing. Tapi gak apa, dengan hadirnya dia udah bikin acara itu jadi makin sukses!


Aku yang salah di waktu itu
Terlalu mengacuhkanmu dan membuatmu berlalu
Dan kini ku sadar engkaulah jiwaku
Takkan pernah hilang meski ku coba jauh darimu...


  Kedekatan kami terus berlanjut, tapi entah kenapa gue belum berani mengutarakan perasaan gua ke dia. Apa mungkin hubungan gue sama dia udah terlalu dekat layaknya orang pacaran? Keknya sih itu yang bikin gue belum juga ngomong ke dia gimana perasaan gue ke dia? Tapi gue yakin dia bisa ngerasa ah gimana perasaan gue. Gue pun begitu. Ya dari kedekatan kita aja yang makin hari makin dekat. Lagi kasmaran-kasmarannya juga, jadi kadang gak kepikiran buat ngomongin itu. Karna mindset gue saat itu ya udah saling tau lah, udah dijalanin dan nyaman juga.

  Harta, Tahta, Wanita, Babe Cabiita. Eh itu mah bio-nya Babe dulu, sorry sorry... Oke ulang.
Harta, Tahta, Wanita. Laki-laki emang udah paling lemah sama tiga itu. Gak tau ya gue doang apa lo juga pada ngerasain hal yang sama, kalau lagi seret ya sereeet banget. Boro-boro pacar, gebetan satu aja kagak ada dah susahnya minta ampun! Tapi sekalinya ada? Datengnya borongan, apalagi kalau udah punya pacar. Aduh berat dah godaan. Sebenarnya gue termasuk kategori yang cukup kuat akan godaan wanita lain, kalau udah punya pacar. Nah masalahnya adalah, dia belum jadi pacar gua. Jadi batin gue tuh masih ngerasa ya gue deket aja sama dia, tapi belum ada komitmen. Pas banget ada godaan wanita lain datang, sialnya karna landasan gue tadi itu akhirnya gue tergoda. Gue agak jaga jarak dari dia, jadi lebih mendekat ke wanita yang baru muncul ini. Gak tau ya dia tau, merasa, atau gimana, yang jelas dia juga jadi ikutan jaga jarak. Hubungan kami merenggang, mulai gak ada komunikasi lagi, gak pernah ketemu lagi.


When we were really closer
There were inhibits things coming
You might be hate me and have gone away then, you hit me like a hurricane...


  Semakin lama semakin menjauh dengan dia, kok lama kelamaan malah makin kepikiran dia ya? Akhirnya gue sadar, gue udah mengkhianati perasaan gue sendiri dan mungkin juga perasaan dia. Gue sadar, gue gak bisa jauh dari dia, gue harus kembali ke yang seharusnya. Gue tinggalin wanita penggoda itu, gue mulai kembali jalin komunikasi dengan Ori lagi. Apa respon dari dia? Dingin. Persis sama seperti pertama kali gue kenal dia, bedanya cuma udah aku-kamu aja panggilannya. Seperti dulu, gue text panjang lebar dia balesnya hanya sekenanya. Itu pun lama. Ya pokoknya kek awal-awal kenal. Ngajak ketemu gak gue? Ya iya lah pasti! Tapi jangankan ketemu, bales text aja sekenanya, telp gak pernah diangkat. Padahal gue lagi itu ada kerjaan di sebuah stasiun TV yang gak bisa gua sebut namanya, kita sebut saja Kompas. Beberapa hari di setiap Minggunya gue ke sana, maksud hati mau mampir ke kampusnya yang kebetulan deketan. Sebut saja lagi BINUS. Tapi tetep gak bisa, katanya dia mau nyamperin gue lagi kerja taunya gak jadi jadi. Tiap gue yang mau nyamperin ke kampusnya, gak ada kabar mulu tau-tau udah pulang aja. Sedeket itu loh padahal jaraknya. Bisa apa gua? Nyesel doang paling.

  2013 berlalu, masuk tahun 2014. Gua lebih milih buat merelakannya, ikhlas gue kehilangan dia. Emang semua salah gue kok, gue harus terima konsekuensinya. Dan hubungan gue jadi baik-baik aja sih, sebagai teman. Beberapa kali gue masih suka hubungin dia, dan masih suka ajak ketemu. Hasilnya? Ya lo tau sendiri, pasti nihil. Entah kenapa dia masih gak mau ketemu gue. Bahkan gue pernah tiba-tiba kepikiran, nitip oleh-oleh sama temen gue yang lagi sekolah di UK buat dia. Ya gak ada niat apa-apa sih, cuma tiba-tiba kepikiran gitu aja. Pasti lo bisa nebak lah ya gimana pas gue mau ngasih oleh-olehnya? Yak! Tetep gak bisa ketemu, susah banget ada aja alasannya. Alhasil gue cuma bisa kirim pakai JNE ke rumahnya. Udah gak usah ketawa lo! Orang lagi miris juga.

  Makin ke sini masih berusaha menjakin komunikasi dengan baik, nampaknya masih tak ada perubahan. Setelah itu gue jadi makin sadar, dia emang udah gak mau ada kedekatan apa-apa lagi sama gue. Udah jaga jarak banget sama gue, ya gue ngerti. Gue mencoba ikhlas lagi dan lagi.
Ya, untuk apa mengejar yang terus berlari menjauh darimu?
  It's okay my friend... :')


Aku yang salah diwaktu itu, tak pernah mengacuhkanmu dan membuatmu berlalu
Dan kini ku sadar engkaulah jiwaku, takkan pernah hilang meski ku coba jauh darimu

Remember when I knew you
And you were still with him
Until you were alone, and I could stand closer to you

When we were really closer
There were inhibits things coming
You might be hate me and gone away then, you hit me like a hurricane

Aku kehilanganmu
Tuk pertama kali
Kau pergi sebelum ku
Memilikimu

It's okay my heart
It's okay my love
It's okay my friend...


- It's Okay, by Iyam Renzia.

Lagu It's Okay bisa dibeli di iTunes --> https://itunes.apple.com/id/album/its-okay/id979823851?i=979824548

2 comments: